Para ilmuwan telah menemukan bahwa alam semesta sangat mirip dengan otak manusia, dan kita hidup di otak raksasa?
Diperbarui pada: 53-0-0 0:0:0

Seperti apa alam semesta sebenarnya? Ini adalah subjek yang menjadi perhatian lama umat manusia. Dengan kemajuan teknologi pengamatan dan akumulasi data, gambaran alam semesta secara bertahap menjadi lebih jelas.

Dalam beberapa tahun terakhir, para ilmuwan telah menemukan fenomena yang menarik: struktur alam semesta sangat mirip dengan otak manusia. Apa yang terjadi? Mari kita jelajahi topik ini.

Kita tahu bahwa pada skala makroskopis, alam semesta yang dapat diamati muncul sebagai jaringan kompleks simpul dan serat yang menghubungkannya. Setiap simpul terdiri dari sejumlah besar galaksi, dan struktur berserat sebagian besar adalah gas tipis, dan jumlah galaksi langka, yang didistribusikan di sepanjang potensi gravitasi materi gelap. Struktur retikulasi ini dikenal sebagai "jaring kosmik".

Di sisi lain, otak manusia juga memiliki jaringan saraf yang sangat kompleks, dengan neuron menjadi unit struktural dan fungsional dasarnya yang bertanggung jawab atas transmisi dan pemrosesan informasi.

Neuron terdiri dari dua bagian: tubuh sel dan sinapsis. Tubuh sel adalah inti dari neuron dan bertanggung jawab untuk mempertahankan aktivitas vitalnya. Sinapsis dibagi menjadi "dendrit" dan "akson". Dendrit bertindak sebagai input dan menerima sinyal dari neuron lain; Akson bertindak sebagai output dan mengirimkan sinyal ke neuron lain.

Di otak, puluhan miliar neuron dihubungkan oleh dendrit dan akson yang tak terhitung jumlahnya, membentuk jaringan saraf yang sangat kompleks sehingga dapat menyaingi struktur "jaring kosmik", sehingga para ilmuwan dibenarkan untuk membandingkan keduanya.

Anehnya, penelitian telah menunjukkan bahwa ada kesamaan lain antara jaringan saraf otak manusia dan "jaring kosmik" di luar kompleksitas. Misalnya, mereka adalah jaringan kompleks dari sejumlah besar node dan koneksi, mengatur sendiri, serupa dengan diri sendiri, dan tidak linier. Setiap area terlihat sangat berbeda.

Selain itu, jaringan saraf otak manusia dan "jaring kosmik" mengandung sekitar 70% "bahan pasif", yang pertama adalah air dan yang terakhir adalah energi gelap.

Menariknya, jumlah data yang diperlukan untuk mensimulasikan "jaring kosmik" dari alam semesta yang dapat diamati sebanding dengan kapasitas penyimpanan teoretis jaringan saraf manusia. Beberapa ilmuwan bahkan menunjukkan bahwa setiap wilayah dari "jaring kosmik" dapat dimodelkan menggunakan model jaringan saraf otak manusia.

Kesamaan antara alam semesta dan otak manusia membuat orang bertanya-tanya: apakah kita hidup di otak raksasa?

Saat ini, kami tidak dapat mengatakan dengan pasti tentang ini, tetapi secara teoritis, skenario seperti itu tidak mungkin. Karena menurut pengamatan, alam semesta selalu mengembang.

Pada dasarnya, fungsi otak adalah untuk memproses informasi. Jika alam semesta yang dapat diamati adalah otak raksasa, otak ini tidak akan dapat berfungsi sebagai pengolah informasi.

Data pengamatan menunjukkan bahwa perluasan alam semesta membuat galaksi yang jauh bergerak menjauh dari kita, dan semakin jauh, semakin cepat mereka menjauh.

科学家计算得出,星系与我们的距离每增加100万秒差距(约326万光年),它的远离速度将增加约67.8公里/秒。因此,若一个星系与我们的距离超过约144亿光年,它将以超光速离开。

Menurut fisika modern, kecepatan cahaya adalah batas kecepatan di mana informasi dapat ditransmisikan, dan tidak ada kecepatan informasi yang dapat ditransmisikan di luar kecepatan cahaya.

Tentu saja, ini hanya spekulasi berdasarkan teori yang ada. Saat ini, kita belum memiliki jawaban pasti tentang alasan mengapa alam semesta dan otak manusia sangat mirip. Mudah-mudahan, penelitian di masa depan akan mengungkap misteri tersebut.